KONSEP PEMBELAJARAN MENDENGARKAN
1. Konsep Pembelajaran Mendengarkan
Kompetensi dasar pembelajaran mendengarkan adalah kompetensi berkomunikasi menerima informasi yang harus dikuasai oleh siswa. Proses penguasaan dan pengembangan kompetensi dasar pembelajaran mendengarkan tersebut dilakukan oleh siswa secara terus-menerus dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran mendengarkan yang dilakukan oleh siswa harus merupakan proses pemahiran mendengarkan
yang dilatihkan dan dialami. Ini berarti bahwa konsep pembelajaran mendengarkanyang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa konsep pembelajaran mendengarkan dapat disusun sebagai berikut.
- Konsep pembelajaran mendengarkan yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa dalam kehidupan nyata di masyarakat.
- Konsep pembelajaran mendengarkan harus memberikan pengalaman nyata kehidupan sehari-hari dan dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang dipelajari.
- Konsep pembelajaran mendengarkan haruslah dilakukan secara berkelompok.
- Konsep pembelajaran mendengarkan harus disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
2. Karakteristik Pembelajaran Mendengarkan
Kerakteristik pembelajaran mendengarkan adalah pembelajaran bahasa lisan yang bersifat menerima informasi/pembelajaran berbahasa pasif. Pembelajaran berbahasa pasif itu meliputi mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khutbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman, serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.
3. Kriteria Pemilihan dan Penyusunan Bahan Pembelajaran Mendengarkan
Bahan pembelajaran mendengarkan harus memiliki kriteria sebagai berikut:
- Bahan pembelajaran mendengarkan merupakan informasi terbaru atau informasi yang up to date yang berbeda dengan informasi-informasi yang telah dipelajarinya.
- Bahan pembelajaran mendengarkan merupakan informasi yang berupa masalah yang sedikit melebihi kemampuan siswa.
- Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah setaraf dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
- Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah berupa informasi dunia nyata siswa atau pengalaman nyata siswa.
- Bahan pembelajaran mendengarkan haruslah disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
4. Metode Pembelajaran Mendengarkan
a. Simak- Tulis (Dikte)
Dalam teknik ini, guru membacakan atau memperdengarkan sebuah wacana singkat (diperdengarkan cukup satu kali. Siswa mendengarkan atau menyimak dengan baik, lalu menuliskan hasil simakannya.
b. Simak – Terka
Guru mendeskripsikan suatu benda atau guru menyuruh siswa mendeskripsikan suatu benda yang diperdengarkan atau dibacakan oleh guru. Siswa mendengarkan dengan tekun, lalu menebak benda yang dimaksud.
c. Memperluas Kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat, siswa menyebutkan kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya adalah kalimat yang sudah diperluas dengan menambahkan kata atau kelompok kata yang telah diucapkan.
d. Simon Berkata
Seorang siswa berperan sebagai Simon dan maju ke depan kelas. Setiap Simon berkata “Silakan duduk” siswa lain menurutinya. Tetapi apabila Simon mengatakan “Simon” siswa lainnya tidak boleh mengikutinya. Kecermatan mendengarkan ucapan Simon menentukan pemberian reaksi yang tepat atau salah. Siswa yang salah mendapat hukuman.
e. Bisik Berantai
Bisik berantai ini dapat dilakukan secara berkelompok atau beberapa siswa. Apabila dilakukan oleh beberapa siswa maka guru membisikkan pada siswa pertama, siswa pertama membisikkan pada siswa kedua dan seterusnya, siswa terakhir harus menuliskan di papan tulis atau menyebutkankalimat tadi dengan nyaring.
f. Menyelesaikan Cerita
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3–4 orang. Guru memanggil anggota kelompok pertama, misalnya kelompok 1, ke depan kelas. Kelompok tersebut disuruh bercerita, judulnya bebas atau boleh juga ditentukan oleh guru. Setelah bercerita, beberapa menit kemudian, guru mempersilakannya untuk duduk. Cerita tersebut dilanjutkan oleh kelompok kedua, dan selanjutnya sampai selesai (kelompok empat).
Model ini boleh juga dilakukan dengan cara perorangan dengan cara yang sama.
g. Identifikasi Kata Kunci
Dalam mendengarkan suatu kalimat, paragraf atau wacana, kita tidak perlu menangkap semua kata-kata tetapi cukup diingat kata-kata kunci yang merupakan inti dari pembicaraan karena melalui kata-kata kuncilah menjadi kalimat-kalimat yang utuh sehingga sampai pada bahan simakan yang mempunyai makna yang lengkap.
h. Identifikasi Kalimat Topik
Dalam sebuah wacana terdiri dari beberapa paragraf. Setiap paragraf minimal mengandung dua unsur yaitu kalimat topik dan kalimat pengembang. Kalimat topik bisa terdapat di awal, tengah dan akhir paragraf.
i. Menyingkat/Merangkum
Mendengarkan bahan simakan yang agak panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah melalui menyingkat atau merangkum. Menyingkat atau merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sesedikit mungkin. Namun, kalimat yang singkat tersebut dapat mewakili kalimat yang panjang.
j. Parafrase
Suatu cara yang digunakan orang dalam memahami isi puisi adalah dengan cara mengutarakan isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa. Puisi yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Setelah selesai, siswa mengutarakan kembali dalam bentuk prosa.
k. Menjawab Pertanyaan
Cara lain untuk mengajarkan mendengarkan yang efektif ialah melalui latihan dengan menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, mana, dan bilamanayang diajukan sesuai dengan bahan simakan.
5. Penentuan Media Pembelajaran Mendengarkan
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan guru untuk mempermudah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar. Oleh karena itu, penentuan media pembelajaran selalu berkaitan dengan kompetensi dasar.
Karakteristik pembelajaran mendengarkan adalah pembelajaran berbahasa lisan yang bersifat pasif atau menerima informasi. Media yang dapat digunakan untuk itu adalah alat ucap guru atau siswa atau rekaman yang dibuat oleh guru untuk kepentingan pembelajaran tersebut.
6. Kriteria Penilaian Pembelajaran Mendengarkan
Sesuai dengan namanya tes mendengarkan, bahan tes yang diujikan disampaikan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 239) penilaian mendengarkan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
a. Tingkat ingatan
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat ingatan untuk mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam wacana yang diperdengarkan, dapat berupa nama, peristiwa, angka, dan tahun. Tes bisa berbentuk tes objektif isian singkat atau pilihan ganda.
b. Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk memahami wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan antaride, antarfaktor, antarkejadian, hubungan sebab akibat. Akan tetapi kemampuan pemahaman pada tingkat pemahaman ini belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Jadi, kemampuan pemahaman dalam tingkat yang sederhana. Dengan kata lain, butir-butir tes tingkat ini belum sulit.
c. Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan mendengarkan yang dapat dikategorikan tes tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang terdapat di dalam lembar tugas.
d. Tingkat Analisis
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat analisis pada hakikatnya juga merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan. Akan tetapi, untuk memahami informasi atau lebih tepatnya memilih alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan analisis wacana, jawaban yang tepat secara pasti belum dapat ditentukan. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit daripada butir tes pada tingkat pemahaman.
Analisis yang dilakukan berupa analisis detail-detail informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat, hubungan situasional, dan lain-lain.
Sumber : http://stkip.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar